Saya: "Papa, aku barusan ganti regulator gas lho… Kemarin kan bocor, udah diutak-atik ga bisa, jadi aku beliin deh hari ini…"
Suami: "Wah, hebat! Bisa ya ternyata…"
Saya: "Oh iya dong, aku ini apa-apa juga sebenarnya bisa…"
Suami: "Ya udah lah, kalo bisa… berarti ga usah pulang ya…"
Saya: "Iih… kok gitu…"
***
Wakakak… tenang, ini cuma becandaan kok…
Jadi, ceritanya semenjak pandemi COVID-19 pada bulan Maret 2020 lalu, saya yang tinggal di Lampung dan suami yang bekerja di Kalimantan terpaksa menjalani Long Distance Relationship (LDR) yang sangat panjang. Hampir empat bulan!
Seperti yang kita ketahui, pada saat pandemi merebak ada masa dimana bandara dan pelabuhan ditutup untuk transportasi pribadi. Meskipun, sepertinya sih jika dibuka kami pun akan pikir ribuan kali untuk melakukan perjalanan jauh, karena kondusi yang sangat tidak kondusif.
Lalu, emang sekarang sudah kondusif? Kok sudah pulang?
Hmm, yah seperti yang kita tahu, pertambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia saat ini masih 1000-an setiap harinya. Sama sekali belum bisa dibilang menurun…
Namun, dengan mempertimbangkan kondisi psikologis kami sekeluarga, terutama anak-anak yang kala itu sudah mengalami episode mimpi buruk, ngelindur panggil-panggil nama papanya… Akhirnya dengan mengamati protokol kesehatan dan keamanan penerbangan pasca pandemi, suami pun memutuskan untuk pulang ke Lampung pada saat mendapatkan jatah Work From Home (WFH) luar kota.
Jadi, bagaimana sih prosedur penerbangan domestik di luar kota selama pandemi saat ini?
Salah satunya adalah Surat Kesehatan dengan hasil tes bebas COVID-19 dengan ketentuan sebagai berikut:
- Surat kesehatan dengan hasil rapid test non-reaktif berlaku maksimal 14 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan. (Khusus penerbagan ke Biak hasil rapid test berlaku 7 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan).
- Surat kesehatan dengan hasil tes PCR/Swab negatif berlaku maksimal 14 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan.
Yes teman-teman… untuk bisa melakukan penerbangan ke luar kota, maka suami pun harus memiliki surat kesehatan tersebut. Meskipun rapid test sendiri sesungguhnya akurasinya belum cukup untuk mendiagnosa COVID-19 bagi seseorang, namun paling tidak dapat melakukan filter, sehingga kondisi kesehatan penumpang lebih terjamin.
Nah, karena itu lah, beberapa hari sebelum terbang, suami sudah melakukan rapid test dan juga setiba di Lampung pun untuk persiapan terbang tujuh hari kedepan.
Oh ya, teman-teman perlu melakukan rapid test COVID-19 juga? Bisa cek lokasi covid test terdekat melalui internet ya…
Saat ini, segala informasi kesehatan memang sudah sangat mudah kita dapatkan melalui berbagai media, termasuk internet. Dan salah satu situs dan aplikasi yang sangat membantu berkaitan dengan hal ini adalah Halodoc yang memberikan berbagai jenis informasi kesehatan; mulai dari konsultasi dengan dokter, mencari dokter yang tepat, rumah sakit, membeli obat, dan bahkan informasi mengenai COVID-19.
Beneran lho Halodoc ini membantu sekali… Jadi, suatu ketika pernah suami demam dan periksa ke dokter dengan kondisi yang menggigil parah. Dasar saya, karena waktu itu buru-buru, langsung saja saya tebus obatnya ke apotek… yang ternyata ngantri parah dong…
Lalu, sembari nunggu saya liat ada booth Halodoc di sebelah apotek rumah sakit, jadi saya tanya-tanya lah ke mbak penjaganya. Dan ternyata, saya sebenarnya bisa menggunakan jasa mereka untuk menebus obat kami. Jadi kami hanya perlu membayar sesuai nilai resep dan ongkos kirim, serta selanjutnya cukup menunggu di rumah karena obat akan dikirimkan melalui Ojek Online. Praktis banget kan!
Lalu, sembari nunggu saya liat ada booth Halodoc di sebelah apotek rumah sakit, jadi saya tanya-tanya lah ke mbak penjaganya. Dan ternyata, saya sebenarnya bisa menggunakan jasa mereka untuk menebus obat kami. Jadi kami hanya perlu membayar sesuai nilai resep dan ongkos kirim, serta selanjutnya cukup menunggu di rumah karena obat akan dikirimkan melalui Ojek Online. Praktis banget kan!
Tapi, ya itu tadi, berhubung udah buru-buru… resep sudah terlanjur diantrikan secara manual dan saya terpaksa harus menunggu antrian… Lesson learned lah…
***
Dan kembali ke COVID-19 dan pasangan yang menjalani LDR… yes, ini beneran tantangan baru. So, sebagai salah satu pelakunya, saya sungguh berharap pandemi ini segera berakhir. Dan salah satu cara yang bisa kita lakukan ya dengan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, menjaga kondisi tubuh, dan tentu saja mengurangi mobilitas di luar rumah *hmm, ini masuk ke dalam poin portokol kesehatan juga kali ya…
OK lah… demikian cerita ngalor-ngidul saya kali ini. Semoga bisa sedikit memberi gambaran mengenai kehidupan LDR selama pandemi yang otomatis lebih jarang ketemu dan harus gesit mencari lokasi tes COVID-19 ya… Hahaha… *ketawa tragis 😅
With Love,
Nian Astiningru
-end-
No comments :
Post a Comment
Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)