Fiuh, akhirnya… setelah berjibaku sekian lama dengan pekerjaan yang 'mendadak rame' kurang lebih enam bulan kebelakang, Sabtu (22 Desember 2018) lalu menjadi tonggak kelegaan yang tidak terkira dalam rutinitas saya. Libur panjang, teman-teman… tanpa cuti pun, ditambah dengan cuti bersama di tanggal 24 Desember 2018, total saya bisa menghirup napas lega selama empat hari! Empat hari tanpa harus bangun jam 5:00 pagi, tanpa harus mandi pagi dan menyiapkan anak-anak ke sekolah, menyiapkan bekal, tergesa-gesa mengantar ke sekolah, atau memikirkan pengasuh, karena mbak Susi sedang sakit.
"Yesss!" Tak terkira senangnya… Saya mungkin kelihatan tenang di luar, tapi dalam hati rasanya guling-guling saking hapy-nya…
Dan liburan panjang yang jadi panjang banget karena cuti saya selama tujuh hari di-acc oleh atasan ini sesungguhnya mengandung dua misi. Pertama, untuk menjenguk Bapak (Mbah Akung-nya anak-anak) yang kemarin sempat dirawat di rumah sakit. Kedua, untuk 'bermain bersama anak-anak'. Iya, saya pakai istilah bermain saja daripada 'menebus kesalahan' kan… padahal memang sebenarnya memang demikian. Setelah kurang lebih enam bulan ini saya banyak menyisipkan kebutuhan mereka di antara kesibukan mereka, selama liburan ini saya ingin menjadikan mereka prioritas utama saya…
Bukan berarti kemudian selama 24 jam sehari kesibukan saya hanya akan tentang duo cemplon ini sih… Karena saya masih harus sibuk beberes rumah (ingat, mbak sedang tidak di rumah), masih mau curi waktu buat nulis blog juga seperti malam ini, masih mau update instagram juga, dan banyak lagi… Tapi, ya saya akan lebih pay attention dan involved dalam kegiatan anak-anak. Misalnya, lagi cuci piring, eh tiga-tiba ada panggilan, "Mama, itu kok mobilnya berubah jadi traktor… sini dulu deh…" Yah, saya dengan sukacita akan segera datang menjelaskan, "Oh… itu si Cruz lagi inget pas latihan sama McQueen sama Smokey aja… pas latihan kan sama traktor…" Walaupun, ini cerita 'Cars 3' sebenarnya sudah belasan kali diputar. Dan sebagainya… akan panjang kalau diceritakan semua…
Nah, berkaitan dengan misi kedua ini, saya pun terlintas untuk membuat satu kegiatan utama setiap harinya untuk dikerjakan bersama anak-anak. Bayangan kegiatannya apa saja sudah ada sih di kepala saya, tapi memang sengaja tidak dijadwal, alias biar saja situasi dan kondisi yang menentukan kegiatan mana yang akan dilakukan. Yah, tau sendiri lah, namanya kita berempat, apalagi papanya masih harus stand by di kantornya, hari-hari terlalu di jadwal itu ga akan seru dan akan lebih banyak bikin stress malahan… Teman-teman tau maksudnya lah ya…
***
Kemudian, kembali ke judul post ini… Singkat cerita, sebelum cuti, seperti weekend-weekend sebelumnya, kali ini saya sudah mempersiapkan beberapa film untuk ditonton setiap hari Jumat atau Sabtu. Salah satunya adalah film berjudul 'Free Willy: Escape From Pirates Cove' yang dirilis dalam format DVD dan Blu-Ray pada tahun 2010. Yes, ini film tidak diputar di bioskop ya, jadi mungkin kurang familiar, cuma ya sebagaimana film 'Free Willy' lainnya, film ini bercerita tentang penyelamatan anak ikan paus bernama Willy.
Dalam cerita ini dikisahkan tentang seorang anak perempuan bernama Kirra yang dikirim untuk tinggal bersama kakeknya di Afrika Selatan, karena ayahnya yang mengalami kecelakaan tidak dapat merawatnya. Pada awalnya, Kirra tidak terlalu senang berada di rumah kakeknya yang memiliki sebuah taman hiburan yang hampir bangkrut itu, sampai akhirnya seekor ikan paus yang terpisah dari kumpulannya terdampar di laguna milik kakeknya yang kemudian diberi nama Willy.
Setelah kedatangan Willy, Kirra kemudian terlibat dalam misi merawat anak ikan paus yang mogok makan karena stress ini. Sehari-hari, Kirra berusaha mengajak Willy ngobrol dan membujuknya makan, hingga akhirnya mereka berdua (Kirra dan Willy) menjadi sahabat.
Kedekatan Kirra dan Willy ini kemudian menjadi perhatian masyarakat luas dan menambah ramai taman hiburan milik kakeknya.
Hal ini tentu sebuah hal yang menguntungkan sang kakek, kerenanya dia berusaha menahan Willy tetap di taman bermainnya dan tidak segera memanggil tim penyelamat. Pun akhirnya tim penyelamat datang, diketahui bahwa kemampuan echolocation Willy belum berkembang, sehingga diprediksi tidak akan mampu bertahan hidup di laut luas sendirian tanpa kumpulannya.
Kondisi ini kemudian membuat sang kakek sedikit putus asa akan kemungkinan Willy kembali ke laut, sementara penghasilan dari taman hiburannya tampak tidak akan mencukupi kebutuhan makan Willy selanjutnya. Sementara Kirra justru berusaha melatih Willy untuk mengembangkan kemampuan echolocationnya dengan melatih Willy menangkap ikan hidup dalam kondisi mata tertutup.
Di tengah putus asanya kakek Kirra akan masa depan Willy, kemudian dia menjual ikan paus ini kepada temannya yang juga memiliki taman hiburan, dengan harapan Willy akan mendapat perawatan yang lebih baik.
Dan singkat cerita, cerita selanjutnya adalah bagaimana Kirra dibantu oleh temannya Sifiso, Mansa (pekerja kakeknya) dan (akhirnya juga) kakeknya menyelamatkan Willy dengan mengembalikannya kepada kumpulannya… yang tentu saja berakhir bahagia…
***
Saya pribadi, sebenarnya merasa bahwa alur film ini cukup monoton dan tidak banyak gejolak, bahkan konfliknya pun terasa kurang nendang… Tapi, Ganesh dan Mahesh ternyata sangat excited menonton film ini, bahkan ikut bersorak-sorak pada saat Willy akhirnya bertemu dengan kumpulannya.
Dan, di sepanjang cerita ternyata ada banyak hal berbau biologi yang menjadi perhatian Ganesh dan Mahesh…
- Ganesh: "Mama, kok ikannya bisa terdampar?"
- Saya: "Kan itu badai Anesh, terus mungkin dia dikasih tau papa-mamanya buat jangan berenang jauh-jauh, eh, tetep berenang jauh-jauh… jadinya pas ombaknya gede, dia terdampar di pantai deh…" (Yes! sisipkan sedikit nasehat supaya nurut sama papa-mamanya ✌)
- Mahesh: "Mama, kok ikannya ga mau makan?"
- Saya: "Iya Adek, soalnya ikannya ga suka di kolam kaya gitu, dia pengennya ke laut… jadi ga mau makan deh…"
- Ganesh: "Mama, itu om-omnya pada ngapain? Kok Willy-nya ga jadi dibawa ke laut?"
- Saya: "Anesh, itu om-omnya lagi ngecek Willy ini sudah bisa dilepas di laut belum. Willy kan masih kecil, harus dicek, dia sudah bisa cari makan sendiri belum, sudah bisa cari mama-papanya belum…"
- Ganesh: "Mama, kok Willy-nya ngeluarin suara kaya gitu sih?
- Saya: "Itu bahasa ikan paus Anesh, kaya pas Dori ngajak ngomong ikan paus, kan suaranya mirip begitu juga kan…
- Ganesh: "Mama, kok Willy-nya ditutup matanya?"
- Saya: "Iya, itu Kirra lagi ngelatih Willy biar bisa cari makan sendiri… Biar bisa dilepas ke laut luas… biar dia bisa bertahan, sementara papa-mamanya belum ketemu.
- Ganesh: "Mama, kok papa, mama sama sodara-sodara Willy bisa tau kalo Willy dideketnya?"
- Saya: "Iya, kan mereka denger suaranya Willy… Makanya, tadi kan om-nya masukin rekaman ke air kan… itu biar papa, mama, sama sodara-sodara Willy bisa tau kalo Willy di deketnya…"
Kurang lebih begitulah pertanyaannya anak-anak selama menonton film ini…
Like always… menurut pengalaman saya menonton film bersama seperti ini, mengikuti alur pertanyaan anak-anak… selalu memberikan pengetahuan baru bagi mereka. **Ya, kan kalo mereka udah ngerti, ga akan tanya ya…** Selain tentu saja, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan jawaban yang logis juga akan mengasah kemampuan mereka berlogika.
So, yes-yes-yes, despite it is fun… we're learn a lot of thing too…
***
Nah, begitulah kira-kira salah satu kegiatan yang saya lakukan bersama anak-anak di hari #1 liburan. Not so bad lah ya, walaupun cuma di rumah saja…
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
wah saya dulu ntn free willy pas kecil
ReplyDeleteYes, film kita anak-anak tahun 90-an ya..
Deletewah pernah nonton nih
ReplyDeleteDulu nonton sama ortu, sekarang gantian nonton sama anak mbak :D
DeleteAnak2 kecil biasanya demen nonton film yg tokoh utamanya binatang. Jadi kayak temen bisa ngomong kan hehehe. Jadi pelajaran hidup juga nih cerita si Willy ini. Wah happy bener akhirnya dapat cuti ya ����
ReplyDeleteIya mbak.. mereka sampe lompat-lompat pas Willy akhirnya ketemu keluarganya :D
DeleteDan cuti ini memang bener-bener berasa menyenangkan sekali ;)