Rasanya baru kemarin,Ganesh selalu saja menjawab ‘tidak’,
setiap kali ditanya mau punya adek atau enggak… dan tak terasa, sekarang saya
sudah mengandung 6 bulan dan itu berarti sekitar 3 bulan lagi Ganesh akan resmi
menjadi seorang kakak… Amin :).
Lalu, bagaimana Ganesh sekarang? Apakah dia masih kukuh tidak
ingin punya adek? Hmm, sepertinya tidak… Alhamdulillah :). Sejak di-sounding bahwa ada adek di dalam perut
mamanya, tidak sekali pun dia menunjukkan ketidaksukaan dan sebangsanya. Dan
bahkan, dengan semakin tampak nyatanya eksistensi sang adek melalui perut saya
yang semakin membesar, Ganesh pun semakin sering menyertakan adeknya dalam
permainan-permainannya. Lho kok bisa? Hihi, iya, itulah salah satu kelebihan imajinasi
seorang anak yang belum dibatasi logika yang rumit.
- “Ini mainan buat Adek… masukin ke perut Mama!” Kata Ganesh sembari memasukka mainan yang dimaksudnya ke dalam baju saya. Hoho, tentu saja ini hal yang lucu dan sekaligus mengharukan juga. Bagaimana Ganesh ingin membagi mainannya dengan Adeknya, kontan saja membuat saya bersyukur sekali, karena itu berarti dia menerima Adekya, tidak seperti penolakan yang sebelumnya dia tunjukkan.
- “Adek… liat Anesh nih… Bisa lompat jauh banget! Mama buka bajunya!” Haha, ini tidak bermaksud porno ya… tapi maksud Ganesh adalah saya diminta menyingkap baju, supaya Adeknya bisa lihat bagaimana dia bisa melompat jauh-jauh. Dan ini membuat saya merasa lucu!
- “Anesh jalan sendiri saja… kasian Adeknya…” Pada saat usia kandungan kurang lebih 5 bulan, saya memang disarankan untuk bedrest karena ada indikasi flek, walaupun sangat sedikit sekali. Dan pada saat itu, mulailah saya sounding ke Ganesh bahwa sekarang Adeknya sudah semakin besar dan berat, dan dia tidak boleh lagi meminta gendong pada saya, karena jika terlalu capek Mama dan Adek bisa sakit. Dan ternyata, apa yang saya ucapkan padanya itu ditanggapinya dengan baik, pada saat saya lupa ingin menggendongnya selesai memandikannya, dia menolak dan memilih berjalan sendiri. Ooh, tentu saja itu sangat mengharukan… thanks Kakak :).
- “Adek sini! Main sama Kakak…” Katanya sewaktu bermain sendirian karena saya sudah K.O. tidur-tiduran di tempat tidur karena ngantuk. Dan… mau tidak mau, karena adeknya dipanggil, terpaksa dengan sedikit malas, saya beringsut mendekati dan bermain dengannya. Dalam hati, “Owalah Le… Le… Adekmu kan masih di perut Mama, sama aja ini ngerjain Mama…” Iya, ada rasa sedikit kesal sih… sedikit saja :(.
- “Mama, nanti kalo Adek udah lahir… Simbah ga usah nemenin Anesh, kan Anesh udah ada temennya…” Begitu katanya pada suatu hari. Hoho, bagi Ganesh simbah pengasuh adalah teman mainnya, jadi mungkin dia merasa nantinya kalau Adeknya sudah lahir, dia sudah ada teman jadi tidak perlu Simbah lagi :D. Dan tentu saja, ini lucu sekali…
Benar-benar polos dan naïve sekali ya pemikiran anak-anak 3
tahun itu… Apa yang dilakukan dan diucapkannya nyata-nyata terasa lucu bagi
logika kita orang dewasa. Namun, dibalik kelucuan itu, tersimpan ketulusan…
hmm, ketulusan seorang Kakak kecil pada Adeknya. Dan sedikit banyak hal ini
menimbulkan ketenangan tersendiri bagi kami orang-tuanya… “Semoga saja Kakak dan Adek rukun-rukun terus sampai dewasa dan
seterusnya ya :*”
***
Lalu bagaimana sih caranya menciptakan bonding (kelekatan)
antara anak dan adiknya walaupun masih di dalam kandungan? Yah, kalau menurut
pengalaman kami, dalam hal ini, kita sebagai orang tua tentu saja memegang
peranan penting. Pada dasarnya, seorang anak mungkin belum memiliki pengertian
mengenai konsep ‘kakak dan adik’ atau mungkin juga justru memiliki pengertian
yang tidak berimbang mengenai hal ini; misalnya beranggapan bahwa adik adalah
seorang yang akan merepotkan karena melihat hubungan ‘kakak-adik’ di
lingkungannya. Nah, hal inilah yang menjadi PR bagi orang-tua, yaitu memberikan
pemahaman yang berimbang, menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak. Jadi di
satu sisi, ceritakan bagaimana menyenangkannya mempunyai adik dan menjadi
seorang kakak; misalnya bisa bermain mobil-mobilan bersama, ada temannya, dan
sebagainya. Tapi, disisi lain, ceritakan juga perubahan yang mungkin akan
terjadi dan tanggung-jawabnya sebagai seorang kakak; misalnya berbagi mainan,
waktu mamanya yang tidak lagi 100% untuknya dan sebagainya.
Ini nih si Kakak Anesh,
yang sabar banget nungguin bakpao ngembang
dan kalo ditanya mau jadi apa nanti,
dijawabnya, “Mau jadi kakak!” :D
|
Dan pesan ini tentu saja, tidak bisa diberikan semacam kuliah
:D, tapi diselipkan dalam obrolan sehari-hari maupun dongeng-dongeng sebelum
tidur dengan cara yang sederhana, misalnya:
- Saat sedang asyik bermain mobil-mobilan, kita menemaninya dan kemudian berkata, “Kakak, Adek dikasih mainannya ga nih?”
- “Kakak, nanti kalo Adek udah lahir, dia kan masih kecil… masih suka nangis… Nanti kakak elus-elusin Adek ya, biar ga nangis…”
- Menceritakan dongeng Kancil yang kesal karena mamanya sibuk dengan adik barunya, dan kemudian mendapat insight bahwa seorang adik memang belum bisa mandiri seperti dirinya, sehingga harus banyak dibantu. Dan sebagainya…
Sederhana saja sih, tapi dilakukan terus menerus, setiap
menemukan momen yang pas sembari menunggu kelahiran sang adik. Sehingga perlahan-lahan
anak akan mengerti konsep kakak-adik yang berimbang dan juga merasakan bangga
akan tanggung-jawab barunya sebagai seorang kakak. Menyenangkan dan bermanfaat
bukan…
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
tapi kok saya sering lihat teman2 yg manggil anak pertamanya adek,nanti kl punya anak lagi pasti bingung manggilnya hehe....tfs mak,beka nih buat kl punya anak^^
ReplyDeleteDulu juga kami panggil Ganesh, Adek.. katanya papanya sih kasian, masak belum pernah jadi adek.. tapi pas tau udah hamil mulai ditanyain mau dipanggil 'Mas' apa 'Kakak' dan lama-lama dia terbiasa memanggil dirinya sendiri 'Kakak Anesh' :D
DeleteSetuju sama trik tips dari Nian.
ReplyDeleteEh, kalau aku sih pas anak kedua yang dipanggil adik, karena memang rencananya anak dua saja, dan begitu lahir anak ketiga, naik pangkat deh jadi kakak :D
Mungkin karena jauh jarak antara tiga anakku, nggak terlalu iri sih mereka satu sama lain.
Eh tapi itu dulu waktu masih kecil-kecil, sekarang malah yang remaja yang ngiri sama adik-adiknya :D
Ini si Ganesh malah udah pesen mau Adek dua katanya Mak :D
DeleteTapi, coba kita lihat nanti.. kalo sudah beneran merasakan jadi Kakak, mau punya Adek berapa :D
Kalo saya sendiri, waktu kecil menganggap Adek itu orang yg merepotkan dan suka gangguin, mungkin pengaruh perbedaan usia yg lumayan (5 tahun).. Dan karena saya banyak yg ngasuh dan udah cukup gede juga, jadi Ibu ga terlalu berpikir bahwa saya harus didekatkan dengan Adek sejak dalam kandungan.. hihi :D
Yang penting juga, nanti kalo adik bayinya udah lahir, ajak kakaknya terlibat dlm perawatan dan pengasuhan., supaya gak iri dan merasa dilupakan. Misalnya sambil diajak ngobrol, atau dimintai tolong membantu hal2 ringan. Kayak minta tolong ambilin baju adek, dab. Biasanya lama2 muncul perasaan memiliki dan tanggung jawab sebagai kakak.
ReplyDeleteSelamat menanti adik bayi ya kakak Anesh. Semoga sehat semua :)
Wahhh, siappp Mak.. makasih tipsnya..
DeleteInsyaallah nanti saya berusaha ngajak ngobrol dan melibatkan dia dalam perawatan sang Adek..
Amiiin, semoga sehat semua..
Tips triknya sgt menginspirasi bgt ..wahh yang Mau jadi kakak senengnyaa euy ☺
ReplyDeleteSama-sama mbak..
DeleteIya, Ganesh excited sekali mau jadi Kakak.. dan sangat bersahabat dengan kondisi mamanya yg sudah ga bisa nemenin main bola atau gendong-gendong :D
Al juga 2 bulan lagi jadi kakak, usianya dua tahun, berkat di sounding juga Al bisa memahami sebentar lagi punya adek, hal-hal yang dilakukan mirip sama Anesh, jadi speechless ya mak momen kayak gini
ReplyDeleteIya.. kadang mengharukan sekali..
DeleteSemoga Al dan Ganesh nanti menikmati peran barunya sebagai kakak ya.. :)
Ganesh dan adiknya beda berapa bulan mak?
ReplyDeleteBeda kurang lebih 3.5 tahun mak :)
Delete