Bekerja di BUMN itu sedikit ‘rumit’,
apalagi bagi mereka yang memandang ‘kerja’ sebagai sarana aktualisasi diri,
bukan hanya ‘menyambung hidup’. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh,
mungkin bisa membaca tulisan-tulisan Dahlan Iskan dalam perjalanannya membangun
harapan dalam BUMN, “Manufacturing Hope”. Saya sendiri sejak On the Job
Training (OJT) ditempatkan di bidang HR di sebuah unit BUMN di pelosok daerah.
Sehari-hari saya berurusan dengan peraturan perusahaan dan peraturan disiplin
pegawai serta menjalankan fungsi administrasi dan juga sosialisasi berkaitan
kedua hal tersebut. Well, seharusnya
pekerjaan saya tidak terlalu rumit dan penuh intrik ya… Karena semua sudah
jelas dalam peraturan, baik prosedur maupun reward-punishment-nya.
Tugas saya kan sekedar memahami peraturan, mensosialisasikan, menjaga supaya
peraturan tersebut dilaksanakan serta melaporkan dan merekomendasikan reward atau punishment atas tindakan pegawai berkaitan dengan peraturan
tersebut.
Tapi kenyataannya tidaklah
sesederhana itu. Proses mensosialisasikan sebuah kebijakan itu sesuatu yang effortfull, tidak selesai dengan sekedar
membuka sesi diskusi atau tanya jawab. Seringkali, peraturan itu ‘ditawar’,
dikomplain dengan alasan memberatkan sampai tidak dilaksanakan karena alasan
lupa, tidak paham atau (ternyata) masih tidak setuju :D. Lalu punishment-nya juga tidak konsisten dijatuhkan, entah karena ‘kebijaksanaan’ atau
ketidakpedulian ‘__’. Akhirnya saya (pernah) benar-benar merasa meaningless, powerless dan selanjutnya merasa kurang puas dengan profesi yang menurut saya sama sekali tidak profesional ini ‘__’. Sementara, sayangnya saya juga bukan orang
yang mudah untuk memutuskan resign
dengan banyaknya pertimbangan.
Singkat cerita, membutuhkan waktu
beberapa lama akhirnya saya merasa bisa melakukan sesuatu. Walaupun saya belum
bisa menjangkau ranah sistem karena belum bisa meyakinkan mayoritas pembuat
keputusan, saya masih bisa berusaha menjalankan fungsi saya dan meyakinkan para
pembuat keputusan untuk melaksanakan fungsi HRM (Human Resources Management) seprofesional mungkin. Menyampaikan
logika-logika setiap keputusan menyangkut HRM, pengaruhnya pada motivasi
pegawai, budaya kerja dan sebagainya. Adakalanya usaha saya mental dan
keputusan yang diambil tidak berpihak pada terciptanya budaya kerja yang sehat,
tidak memupuk motivasi pegawai dan sebagainya. Saya mengerti bahwa keputusan
itu mungkin diambil untuk menghindari konflik atau lainnya. Tapi, tetap tugas
saya adalah untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan dari sisi HRM dan saya
akan terus menyuarakan semua itu.
Hal kecil lain yang saya lakukan adalah dengan berusaha memberikan pemahaman yang benar dan
menguatkan mindset orang-orang dalam
perusahaan. Jika menurut Dahlan Iskan, dalam sebuah perusahaan terdapat 10%
orang yang kurang baik, 10% orang yang baik dan 80% sisanya hanya ikut-ikutan;
maka permasalahan tempat kerja saya adalah kegagalan pelaksanaan sistem reward dan punishment, sehingga menyebabkan 10% orang yang tidak baik tersebut
mampu meracuni 80% orang yang hanya ikut-ikutan. Jadi, mari kita berusaha
memperkuat 10% orang baik dalam perusahaan dengan pengetahuan-pengetahuan dan
pemahaman yang benar tentang peraturan perusahaan. Memberikan pilihan kepada
80% orang yang hanya ikut-ikutan untuk memilih mengikuti hal yang benar. Dan
menggunakan kekuatan 10% orang baik dan beberapa % orang yang mengikuti
kebenaran untuk menghambat 10% orang yang kurang baik ‘menebarkan racun’ ke
tempat yang lebih luas :D.
Buletin
‘Kepegawaian in News’ Edisi Pertama
Proyek
tugas akhir OJT tahun 2008
|
Karena
saya suka menulis, akhirnya lahirlah Buletin ‘Kepegawaian in News’ untuk usaha
tersebut. Buletin ini awalnya adalah proyek tugas akhir On the Job Training
saya. Waktu itu isinya adalah bahasan akan SK (Surat Keputusan) yang baru
diberlakukan, info kegiatan dan kejadian di lingkungan perusahaan sebagainya.
Sempat dua kali terbit dengan format seperti itu, kemudian mati
suri selama beberapa saat, dan akhirnya tahun lalu buletin ini terbit kembali
dalam format yang berbeda. Mulai tahun lalu, buletin ini membahas suatu topik
spesifik secara mendalam. Menganalisa peraturan perusahaan terkait yang berlaku
dan juga membahas filosofi di balik peraturan tersebut serta menyampaikannya
dengan bahasa yang lebih mudah dipahami.
Buletin ‘Kepegawaian in News’
edisi Serba-Serbi Absensi
Setelah
mati suri selama beberapa tahun :D
Terbit
September 2013
|
Misalnya saja buletin kali ini, saya
sengaja membahas masalah remunerasi perusahaan dari A sampai Z. Mulai dari
kenapa sih perusahaan memberikan gaji
kepada pegawai, besarnya, dasar aturan sampai bagaimana menyikapinya dengan
positif. Mendapatkan gaji itu tentu sesuatu yang menyenangkan, kita pasti hapal
apa akan keluar kapan, tapi sayangnya beberapa melupakan hakikat dari gaji
tersebut. Misalnya nih, imbalan
kinerja, setiap kali melirik ke kiri-kanan dan membandingkan, kok ya tidak dibarengi dengan
pembandingan kinerjanya. Iya sih, hal
yang manusiawi, kita selalu menginginkan lebih banyak. Dan itu juga hal yang
positif jika dibarengi dengan usaha yang legal dan prosedural. Pengen imbalan
kinerja yang banyak, ya tingkatkan prestasi kerjanya dong :D. Ini berlaku juga
untuk atasan yang kadang belum bisa menempatkan imbalan kinerja sebagaimana
mestinya, dan akhirnya penilaiannya bias dengan faktor lain, senioritas
misalnya ‘___’.
Untuk proses penulisan, designing dan editing saya lakukan sendiri dengan sumber data peraturan-peraturan
yang ada serta wawancara dan konsultasi dengan beberapa sumber. Selanjutnya,
untuk memastikan buletin ini sudah cukup memadai dan reader friendly, saya minta bantuan beberapa rekan kerja untuk
menjadi reviewer. Dan untuk proses
mencetak sendiri, saya menggunakan printer laserjet
kantor kemudian bergotong-royong dengan teman-teman seruangan untuk men-staples dan melipatnya menjadi bentuk booklet. Lumayanlah untuk kami bisa
menyelesaikan proses mencetak 192 eksemplar buletin dalam waktu 1 hari :D.
Buletin
‘Kepegawaian in News’
Edisi
Memahami Sistem Remunerasi Kita
Terbit
Maret 2014
|
Begitulah kira-kira sneak peak dari proyek menulis untuk
lingkaran kecil saya. Efektifitas dan dampaknya mungkin kecil, tapi sekecil
apapun itu, saya akan berusaha membuat perubahan ke arah yang lebih baik.
Paling tidak saya memberikan dukungan bagi mereka di lingkaran kecil ini, yang
ingin bertahan dalam kebaikan dan juga menyebarkan kebaikan itu. Tentu saja itu
jauh lebih baik daripada sekedar diam dan tidak melakukan sesuatu bukan? Atau daripada
sekedar mengkritisi, menjelekkan atau meratapi keburukan yang ada. Semua yang
menurut pengalaman saya hanya membuat keadaan terasa lebih berat, tanpa (paling
tidak) membuat kesempatan untuk memperbaiki keadaan.
Proses
Cetak:
Print,
lipat, staples, lipat lagi :D
|
192
Eksemplar buletin siap edar
Didoain
dulu supaya membawa efek positif
yang
banyakkk :D
|
Baiklah kenapa saya menulis ini? Hmm,
entah kenapa, beberapa minggu ini saya sedikit melow dan berpikir sangat jauh. Tiba-tiba saya merasa bahwa setiap
manusia sesungguhnya bisa mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi dalam apapun
keadaan mereka. Seorang ‘kuli’ BUMN seperti saya, alih-alih hanya mendapatkan
gaji untuk menyambung hidup, bisa berusaha memperbaiki kultur yang ada
semampu saya. Demikian juga dengan profesi lain; guru, polisi, pedagang, ibu
rumah tangga dan sebagainya. Semua orang pasti memiliki lingkaran kecilnya
sendiri dan dari sana kita bisa memulai. Paling tidak dengan memberikan
informasi yang membawa kebaikan, dimana dari sana ada harapan bahwa akan ada
orang yang menjadi lebih baik. Kemudian mereka pun akan mempengaruhi lingkaran-lingkaran
kecil mereka masing-masing… Indah sekali bukan :).
Lupakan
soal efektifitas dan besarnya dampak yang bisa kita ciptakan. Paling tidak kita
mengusahakannya, dengan segenap hati kita dan membuat dunia menjadi sedikit
lebih baik karena kita berada di sana. Seperti lirik lagu ‘I Was Here’ ciptaan
Diane Warren yang dipopulerkan oleh Beyonce berikut ini…
“I just want them to know
That I gave my all, did my best
Brought someone some happiness
Left this world a little better just because
I was here”
That I gave my all, did my best
Brought someone some happiness
Left this world a little better just because
I was here”
(Diane Warren)
*sebagaimana label tulisan ini, ‘opinion’, pengalaman yang
saya ceritakan adalah sebuah pendapat subjektif akan suatu keadaan. Yang
mungkin keadaan itu bisa dipersepsikan berbeda oleh orang lain.
With
Love,
Nian
Astiningrum
-end-
Thanks for sharing Maak.. bisa kasih inspirasi juga :)
ReplyDeleteKalau gak dicoba kan gak akan tahu hasilnya, iya kan? sipppp!
Sama-sama mbak Wening.. iya, kadang kita nyerah duluan karena merasa tidak bisa melakukan sesuatu, karena besar dan kronisnya masalah..
DeletePadahal seandainya, kita semua melakukan hal sekecil apapun itu, pasti membuat perubahan sekecil apapun..
Sipp :)
Makasih sudah mampir ;)
Entah mengapa mataku sangat senang melihat kata 'remunerasi' :D
ReplyDelete*salah fokus*
Hehehe.. remunerasi memang kata yg menyenangkan, karena itulah salah satu hal yang kita tunggu dari pekerjaan kita.. tapi saya seringkali ngelus dada, karena ada aja orang yg kurang bisa bersyukur dg itu tp kurang bisa menunaikan kewajibannya '__'
Delete