Membicarakan mengenai Pertamax,
sebenarnya saya sudah dikenalkan bahwa bahan bakar ini lebih unggul daripada
Premium oleh bapak yang seorang montir. Waktu itu, bapak berpesan untuk sebisa
mungkin mengosongkan tangki bahan bakar setiap minggu untuk diisi full dengan
Pertamax. Menurut beliau, cara itu akan membantu membersihkan organ-organ yang
dilewati bahan bakar, sehingga kondisi motor akan lebih prima. Waktu itu, saya sih percaya saja, karena saya memang
tidak terlalu tertarik dengan dunia permesinan dan bapak saya anggap cukup
mumpuni dalam dunia ini.
Sekarang, saat menulis artikel ini dan googling ke beberapa situs, saya menemukan bahwa memang Pertamax
maupun Pertamax Plus memiliki keunggulan dibandingkan dengan Premium sebagai
sesama bahan bakar kendaraan bermesin bensin. Berikut data yang saya sarikan
dari PertaminaRetail.com dan Motorku.info:
Perbandingan antara Premium, Pertamax dan Pertamax Plus
Sumber data: PertaminaRetail.com1 dan
Motorku.info2
|
Pertamax dan Pertamax Plus memang
memiliki keunggulan dibandingkan Premium. Namun demikian, meskipun lebih irit,
ramah pada mesin dan ramah pada lingkungan, kedua bahan bakar ini jauh lebih
tidak populer dibandingkan Premium. Sebagai gambaran, kita bisa melihat data
yang diungkapkan Sales Representatif Pertamina DIY Fanda Chrismianto kepada
HarianJogja.com pada 4 November 2013 lalu. Kala itu, Fanda menyebutkan bahwa market share Pertamax waktu itu hanya 2%
dibandingkan Premium. Iya, 2% saja! Dan menurut saya itu jumlah itu sangat
kecil dari seharusnya, dengan mengamati berapa banyak mobil-mobil baru yang bersliweran di jalan setiap hari. Para
pengemudi mobil-mobil ‘bagus’ itu tentu tahu dong, kalau Premium itu adalah bahan bakar bersubsidi yang
diperuntukkan khusus bagi masyarakat yang tidak mampu?
Sebenarnya ada banyak kemungkinan
penyebab belum banyaknya masyarakat yang mampu secara ekonomi untuk menggunakan
Pertamax. Bisa jadi, memang mereka belum mengerti mengenai filosofi penggunaan
Premium dan Pertamax. Bahwa Premium sebagai bahan bakar bersubsidi
diperuntukkan bagi masyarakat tidak mampu saja, sehingga mereka sekedar memilih
Premium dengan alasan ekonomis. Dimana nota
bene harga Pertamax memang jauh lebih mahal dibandingkan Premium. Jika
memang ini permasalahannya, maka satu-satunya solusi adalah mengadakan
sosialisasi yang lebih intensif untuk memastikan pesan ini tersampaikan sampai
ke lapisan terdalam masyarakat.
Tapi sayangnya, rendahnya
kesadaran untuk menggunakan Pertamax ini tampaknya tidak semuanya sekedar
didasari oleh ketidaktahuan, namun sedikit banyak
berhubungan dengan kepedulian dan moralitas kita. Permasalahan yang sama yang
membuat banyaknya pelanggaran di negara kita; mulai dari yang kecil seperti merokok
di tempat umum, hingga yang besar dan sangat merugikan, seperti korupsi. Iya,
korupsi yang menempatkan Indonesia dalam urutan 114 dari 175 negara terbersih4
itu, bukankah juga merupakan salah satu bentuk dari ketidakpedulian bahwa
tindakan tersebut salah dan tidak seharusnya dilakukan? Hanya saja dalam
intensitas yang berbeda tentu saja. Sama halnya dengan ketidakpedulian bahwa
sebagai orang yang mampu, seharusnya seseorang menggunakan Pertamax dan
bukannya justru ikut mengantri Premium bersama masyarakat yang benar-benar
membutuhkan.
Infografik: Visualiasi Corruption
Perception Index 2013
Didownload dari http://cpi.transparency.org4
|
Moralitas dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai ‘prinsip mengenai perbedaan antara tindakan yang benar
dan salah atau baik dan buruk’5. Sedangkan, secara psikologis moralitas memiliki definisi yang cukup
kompleks yang terdiri dari kemampuan untuk membedakan hal yang benar dan salah,
kemampuan untuk bertindak sesuai penalaran benar dan salah tersebut, serta munculnya kebanggaan saat kita melakukan hal yang baik dan rasa
bersalah atau malu saat kita melakukan sebaliknya6. Atau dengan kata lain, moralitas sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang. Contohnya pada saat seorang siswa
tidak bisa mengerjakan soal ujian, moralitas siswa tersebutlah yang akan
menentukan apakah dia akan mencontek temannya atau tetap jujur. Demikian juga,
pada saat seorang pejabat membutuhkan uang, apakah dia akan melakukan upaya
korupsi atau tidak.
Pembentukan moral terjadi sejak usia
yang sangat dini, melalui berbagai pengalaman sosial, terakumulasi selama
bertahun-tahun, sehingga anak memahami dan terjadi internalisasi nilai moral
dan standard6. Karena itulah, pada masa-masa ini,
kita harus mulai mengajarkan nilai-nilai kebaikan melalui interaksi sehari-hari.
Misalnya, “Jangan Ganesh, itu kan punya Bina…” Dari interaksi tersebut kita
mengajarkan mengenai kepemilikan dan bahwa merampas barang milik orang lain
adalah sesuatu yang salah. Selanjutnya, sesuai kemampuan penalaran anak, kita
dapat mengajarkan nilai-nilai yang lebih kompleks. Misalnya menghormati orang
lain, mencintai sesama, kejujuran, dan sebagainya. Dimana nilai-nilai kebaikan
ini dapat diajarkan dalam perilaku sehari-hari; seperti tidak menyerobot
antrian, membantu teman yang sedang sakit atau mengaku bila melakukan
kesalahan. Selanjutnya, setelah nilai itu tertanam dalam diri anak, maka itulah
yang akan digunakannya sebagai referensi untuk bertindak dan mengambil
keputusan kelak.
Kenyataan bahwa konsep benar dan salah
atau moralitas adalah sesuatu yang dibentuk dari berbagai interaksi sejak usia
kanak-kanak membuatnya menjadi sesuatu yang relatif. Yaitu tergantung
lingkungan yang mempengaruhi seorang individu. Bisa jadi orang-tua, tetangga,
teman-teman, guru, orang dewasa lain sampai dengan media cetak maupun
elektronik yang dikonsumsi selama perkembangan individu tersebut. Disinilah yang
kemudian membuat nilai moralitas kadangkala berbeda pada berbagai negara dan budaya.
Dan itu pulalah yang menjadi tantangan bagi pemerintah untuk merubah paradigma
yang sudah tercipta terhadap berbagai hal, khususnya penggunaan bahan bakar. Masyarakat
kita selama ini sudah terbiasa menggunakan Premium, dan menganggap bahwa tidak
ada yang salah dengan hal itu. Maka dari itu, sesungguhnya tugas kita dan
pemerintah adalah bagaimana menciptakan kesadaran akan nilai moral dalam
filosofi penggunaan Pertamax.
Sasaran dari pengubahan paradigma dari
menggunakan Premium ke Pertamax memang para konsumen bahan bakar, yaitu
masyarakat remaja dan dewasa. Untuk itu dilakukanlah kampanye penggunaan
Pertamax yang dilakukan saat ini, seperti sosialisasi melalui media sosial,
media cetak maupun elektronik, dan sebagainya sampai dengan kebijakan kewajiban
penggunaan Pertamax untuk kendaraan BUMN. Namun, yang tidak boleh dilupakan
adalah kampanye pada 'masyarakat kecil' (anak-anak) kita. Karena meskipun dampaknya tidak
akan langsung terasa, karena mereka baru akan menjadi konsumen bahan bakar
beberapa tahun kedepan; namun pada masa anak-anak inilah kita memiliki
kesempatan yang besar untuk membentuk moralitas mereka. Kita memang belum tahu
akan seperti apa kebijakan penggunaan bahan bakar di negara kita nantinya, bisa
jadi beberapa tahun kedepan subsidi sudah sangat diminimalkan atau bahkan
dihilangkan. Namun, tetap tidak ada salahnya mengedukasi anak-anak sejak dini
akan nilai-nilai positif dari filosofi penggunaan Pertamax sebagai berikut:
- Mencintai sesama. Dengan menggunakan Pertamax, kita secara tidak langsung sudah membantu supaya dana subsidi hanya diberikan pada masyarakat yang membutuhkan. Disinilah letak nilai mencintai sesama tersebut.
- Rela berkorban. Kita semua tentu tahu bahwa harga Pertamax jauh lebih tinggi dari Premium, kurang lebih tiga kali lipatnya. Artinya, orang yang bersedia membayar harga tersebut adalah orang yang rela berkorban untuk sesama dan pembangunan bangsa.
- Kecintaan pada negara. Premium yang nota bene merupakan bahan bakar bersubsidi merupakan satu bentuk bantuan pemerintah kepada masyarakat kurang mampu. Bayangkan jika, masyarakat kelas menengah keatas sudah cukup sadar untuk menggunakan Pertamax, tentu anggaran untuk keperluan ini bisa dialihkan ke sektor lain. Misalnya untuk pemerataan fasilitas pendidikan di pelosok negeri.
Lalu
bagaimana treatment yang tepat untuk
menanamkan nilai kebaikan penggunaan Pertamax pada anak-anak ini? Tentu kita
tidak bisa memperlakukan mereka sama dengan masyarakat remaja ataupun dewasa,
karena memang tingkat penalaran yang berbeda. Supaya lebih efektif, penanaman
nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax dapat dilakukan dengan media yang
menyenangkan bagi anak-anak; yaitu:
- Cerita pendek, cerita bergambar, komik maupun film dengan muatan nilai-nilai kebaikan dalam penggunaan Pertamax.
- Diskusi interaktif di sekolah-sekolah yang dibuat seringan dan semenyenangkan mungkin sehingga anak-anak tertarik dan terhibur. Bisa juga menggunakan media boneka untuk mendongeng dan sebagainya.
- Mengadakan lomba menulis sederhana untuk anak, misalnya dengan tema ‘Mengapa Aku Memilih Pertamax’.
Melalui
cara-cara di atas, kita akan bisa sedikit demi sedikit menanamkan kesadaran
pada anak-anak bahwa menggunakan Pertamax adalah sesuatu yang baik. Dampak keberhasilan
penanaman nilai kebaikan dalam menggunakan Pertamax mungkin tidak berpengaruh
pada pola konsumsi bahan bakar di Indonesia dalam waktu dekat. Namun hal itu
akan menjadi aset yang sangat berharga di masa depan; bersama nilai kebaikan
yang tertanam di dalamnya seperti mencintai sesama, rela berkorban dan
kecintaan pada negara. Sehingga Indonesia akan menjadi bangsa yang jauh lebih baik
dan besar dimasa depan.
Jadi, mari kita gunakan Pertamax dan ajarkan kebaikan untuk anak-anak kita. Better Life with
Pertamax for Better Indonesia!
*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #ApaIdemu pada http://pertamina-apaidemu.com/ ; @PertamaxInd dan Facebook Page PertamaxIND
Struk Pembelian Pertamax 15 Liter
|
With Love,
Nian Astiningrum
Referensi:
- PertaminaRetail.com. (2013). Bisnis Fuel Retail PT. Pertamina Retail: Produk. http://web.pertaminaretail.com/Profile/Business/1#tab2. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
- Motorku.info. (15-02-2013). Apa sih Perbedaan Premium, Pertamax dan Pertamax Plus? http://www.motorku.info/apa-sih-perbedaan-premium-pertamax-dan-pertamax. Diakses tanggal 26 Desember 2013.
- HarianJogja.com. (05-11-2013). Jumlah Pengguna Pertamax Naik 20%. http://www.harianjogja.com/baca/2013/11/05/jumlah-pengguna-pertamax-naik-20-462714. Diakses tanggal 23 Desember 2013.
- CPI.Transparency.org. 2013. Ideographics: Visualising The Corruption Perceptions Index 2013. http://cpi.transparency.org/cpi2013/infographic/. Diakses tanggal 13 Desember 2013.
- OxfordDictionaries.com. 2013. Definition of Morality in English. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/morality. Diakses tanggal 20 Desember 2013.
- Sigelman, C.K. & Rider, E.A. 2012. Life-Span Human Development, Seventh Edition. Canada: Wadsworth.
Kalau saya sih, cenderung mikir agak berat ngeluarin duit hampir 2 kali lipat :D
ReplyDeleteSama.. dulu waktu SMA sampe kuliah juga pake bensin aja, beli Pertamax seminggu sekali aja.. Uang sakunya ngepas soalnya.. Sekarang kalau kebetulan merasa longgar, insyaallah beli Pertamax :D
Deletehihihi aku juga ikut mak...lebih g nyambungan aku wkwkwk
ReplyDeletegutlak ya mak
Hahaha.. iya, kita pede aja ya mak :D
DeleteSama-sama.. sukses yaa ^_^
selaamattt ya menang ^^ :)
Deletemakasih mak Suria Riza.. alhamdulillah.. ^_^
Deletemak, semangat nulis terus, next time insyaallah giliran mak menang ;)
*masih excited sampe sekarang :D
kalau aku sih sering pakai Pertamax waktu pertama-tama kali dulu ngeblog...kalau bisa buat komentar pertama di blog orang pasti PERTAMAX dulu...hehehehe..btw semoga sukses mengikuti kontesnya, postingannya bagus dan bernas sesuai standard 5 W 1 H... ciyusss :D
ReplyDeleteMakasih mas Yoswa, amiin doanya.. seneng sekali dikomentarin begitu sama orang yang berkecimpung di bidang jurnalistik.. :D
Deletesuami saya motornya setiap tiga hari sekali memang diisi pertamax, dan saya ngrasain sendiri, halusnya beda, lebih halus kalau pake pertamax (jalannya maksudnya). Kenapa lombanya untuk anak-anak? Kan mereka belum bisa beli pertamax?
ReplyDeleteIya.. disini saya menyoroti edukasi moral pada anak-anak, terutama melalui filosofi penggunaan Pertamax.. Memang efeknya pada konsumsi Pertamax masih nanti beberapa tahun kedepan, tapi nilai moral yg tertanam adalah aset yg sangat berharga di masa depan.. Membayangkan mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi dengan moralitas yg tinggi, pasti Indonesia semakin sehat dan jaya..
DeleteTreatment untuk orang dewasa, seperti lomba untuk kita juga penting, hanya tidak menjadi fokus di tulisan ini :)
Makasih udah mampir Mak ^_^
Yang saya tau dari pertamax itu cuma BBM yang tidak di subsidi dan enak aja kalau dipakai motor...
ReplyDeleteBetul mas Adit.. karena rasanya beda, pasti kualitasnya juga beda.. Kalau memang memungkinkan, pasti lebih menguntungkan pake Pertamax.. motor lebih awet, dan juga mengurangi subsidi pemerintah.. Ngeri juga kalo baca subsidi BBM pemerintah yang terus membengkak, apalagi sejak Indonesia mulai import BBM :(
DeleteMakasih sudah mampir mas :)