Ganesh : “Mama,
Ganesh ada pipisnya…”
Saya : “Oh iya, ayo ke kamar mandi Ganesh…" (sambil
menggendong Ganesh ke kamar mandi).
Ganesh : “Cepet mama… Kebulu kelua, kebulu kelua…”
Itulah cara Ganesh mengatakan pada
kami kalau dia ingin pipis di kamar mandi; sedikit heboh dan menyenangkan
tentunya. Betapa tidak, sebelum memulai toilet
training Ganesh, saya sudah membayangkan bahwa hal ini akan membutuhkan
waktu yang cukup lama dan ‘penuh pengorbanan’ (baca: kurang tidur dan tempat
tidur bau ompol). Termyata, setelah melakukannya pada 23 Juni 2013 lalu, sehari
sebelum ulang-tahun Ganesh yang kedua; segala ketakutan saya tidak menjadi
kenyataan dan perlahan-lahan dengan ritme yang cukup cepat Ganesh mulai
mengerti dan terbiasa untuk pipis di kamar mandi dan semakin jarang pipis di
celana. Sampai-sampai saya terheran-heran pada saat mudik Lebaran dari Tanjung
Enim – Jogja yang memakan waktu dua hari satu malam, Ganesh berhasil melaluinya
tanpa pipis di celana! Padahal awalnya sempat ragu, apakah akan kembali
memakaikan diapers atau mencoba
melanjutkan toilet training berbekal
enam buah training pants…
Ganesh dengan
Training Pants-nya
Setelah pipis di rumah makan saat mudik
|
Sampai saat ini, belum sepenuhnya Ganesh bisa selalu ‘kering’
sih; terkadang ada kalanya dia
terlambat bilang dan sudah pipis duluan. Pada malam hari juga, dia masih harus
dibangunkan untuk pipis pada jam tertentu. Tapi, bagi saya bagaimana Ganesh memahami
bahwa dia harus pipis di kamar mandi setelah melalui kurang lebih sebulan masa
belajar itu prestasi tersendiri bagi saya, dan berikut pengalaman kami dalam
proses tersebut :)
Hal pertama yang harus kita lakukan sebelum memulai toilet training pada anak adalah menentukan apakah anak telah siap atau
masih harus menunggu lebih matang lagi. Menurut brosur dari IOWA University
berjudul “Understanding Children Toilet Training”1, disebutkan bahwa
biasanya anak akan siap secara fisik dan emosional untuk menjalani toilet training pada usia 2 sd 3 tahun. Namun
demikian, jika pada usia tersebut anak ternyata belum siap, sebaiknya kita
menunggu, karena memaksakan toilet
training hanya akan menimbulkan kesedihan dan frustrasi pada anak yang justru
berdampak pada keterlambatan anak mempelajari hal tersebut. Untuk menilai
kesiapan anak sendiri, kita bisa melakukan observasi pada anak sebagai berikut
(kesiapan ditunjukkan dengan lebih banyak jawaban ‘ya’ daripada ‘tidak’):
Checklist Kesiapan Toilet Training Ganesh
Berdasarkan Daftar Pertanyaan pada Referensi 1
|
Selanjutnya, setelah mengetahui anak kita sudah cukup siap, kita perlu mengamati kebiasaan berkemih atau pipis pada anak untuk melihat polanya. Caranya, tentu saja dengan melepas diapers untuk mengetahui berapa jam sekali anak pipis di siang hari; sedangkan untuk malam hari, kita bisa memperkirakan berapa kali anak pipis dari banyaknya air seni pada diapers-nya di pagi hari. Pada tahap ini, saya menyimpulkan bahwa pada siang hari Ganesh pipis rata-rata dua jam sekali dan dua kali pada malam hari. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, kita rancang jadwal toilet visit anak untuk membiasakannya tetap kering dan pipis di kamar mandi. Hal ini penting dilakukan, supaya anak bisa membedakan nyamannya tetap kering. Pada Ganesh sendiri, saya menetapkan jadwal toilet visit setiap dua jam sekali pada siang hari dan dua kali pada malam hari; yaitu pukul 00.00 dan pukul 04.00.
Sampai disini, sebenarnya kita telah hampir siap terjun ke
dunia ‘toilet training’, tapi demi
kenyamanan, kita perlu memikirkan beberapa hal; diantaranya adalah bagaimana
meminimalkan anak pipis di tempat tidur atau pada saat bepergian. Untuk itu,
saya sendiri memilih menggunakan training pants menggantikan diapers yang selalu dipakai di malam
hari dan pada saat bepergian. Training
pants yang saya maksud adalah sejenis celana dalam dengan bahan khusus yang
menahan pipis tidak berceceran, tetapi tidak menyerap kelembaban; sehingga anak
tetap akan merasakan basah setelah pipis. Training
pants ini sendiri selain melatih anak untuk membedakan kondisi basah dan
kering, bagi saya juga berfungsi untuk berjaga-jaga jika Ganesh kelepasan pipis
di celana :D
Begitu segala persiapan telah lengkap dan kita pun telah mantap secara psikologis, toilet training pun dapat dilakukan. Pertama
kali tentu saja kita perlu mengkomunikasikan
kepada anak beberapa hari sebelum toilet
training dimulai. Saya sendiri waktu itu, melakukannya dengan berkata, “Ganesh
sebentar lagi kan dua tahun; itu tandanya Ganesh sudah gede; kalau sudah gede,
pipisnya di kamar mandi, bilang dulu, enggak ngompol ya…”; terus dan terus setiap
kali ada kesempatan, misalnya saat menggantikan celananya yang basah. Komunikasi
semacam ini sangat penting dilakukan selama masa toilet training, untuk menguatkan pemahaman anak dan sekaligus
memberikan motivasi padanya. Melalui cara ini, kita sedang mengubek-ubek area
psikologis anak; dengan memberikan reward rasa bangga pada saat
berhasil pipis di kamar mandi, mengingatkan
anak tanpa membuatnya merasa gagal saat kembali pipis di celana, dan juga membuat jembatan antara self esteem (harga diri) dengan
kebiasaan pipis di kamar mandi.
Selain komunikasi, hal yang juga sangat membantu adalah
dengan memberikan contoh konkret
pada anak bahwa orang dewasa itu pipis di kamar mandi. Hmm, karena Ganesh anak laki-laki, ini jadi tugas papanya :D.
Jika dirangkum, menurut saya sebenarnya inti dari toilet training adalah bagaimana kita mengkomunikasikan
dan memberikan pemahaman pada anak akan dua hal. Pertama, bahwa “kering itu
nyaman” dengan disiplin pada toilet visit
sebelum anak akhirnya mau meminta pipis di kamar mandi. Kedua, kebanggaan/pentingnya
untuk tidak mengompol dan pipis di kamar mandi” melalui komunikasi psikologis
serta pemberian contoh. Selain itu, yang perlu dicatat juga bahwa proses ini
bisa jadi tidak sesulit yang kita bayangkan sebelumnya; jadi jika anak memang
sudah siap, tidak ada salahnya untuk memulai sesegera mungkin kan ;)
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Referensi:
- Oesterreich, L. 2003. Understanding Toilet Training (Artikel). IOWA State University. http://www.extension.iastate.edu/publications/pm1529k.pdf
Saya melatih Noofa untuk toilet training sejak usia dia 7 bulan Mak..
ReplyDeleteAlhamdulillah skrg usia dia dah setahun, dah ngerti kalo mau pipis dia jalan sendiri ke kamar mandi.. cuma krn lum bisa lepas celana sendiri.. dia ke kamar mandi and pipisnya dicelana.. (itu kalo gak ketahuan).. klo ketahuan.. begitu dia jalan ke kamar mandi, aku lepas celana dia.. baru deh dia pipis.. hihihi..
seneeeng ya Mak kalo anak kita gak ngompol lagiii.....
kalo malam... terakhir noofa pipis jam 10 malam.. nťar tidur.. bangun jam 6 baru pipis di kamar mandi... hihihi
Wah.. 7 bulan udah dilatih ya.. hebat..
ReplyDeleteIbu saya dulu juga katanya selalu ngajarin kami pipis di kamar mandi sblm 1 tahun.. dg ditatur di kamar mandi tiap 2 jam ya kalo malem..
Hehe, kalo saya memilih nunggu aja deh.. nunggu anaknua siap, nunggu emaknya siap juga :D
Salut buat Emak n Noofa ya :)
Bagus mak artikelny,selama ini ga tau ada check list ky gt buat tt :)
ReplyDeletemakasih Mak Khusnul.. Checklistnya emang sangat sederhana dan membantu ya.. Saya juga baru tau setelah browsing-browsing di internet lho :D
Delete