Hasil Pemindaian Lokasi Saya Menggunakan Aplikasi Google Earth untuk Android Jl. Lingga Raya, Kec. Lawang Kidul, Kab. Muara Enim, Sumatera Selatan |
Tanjung Enim, adalah salah satu wilayah di Kabupaten Muara Enim yang dikenal akan produksi batubara dan adanya PLTU terbesar di Sumatera Selatan1. Lokasi ini berjarak kurang lebih 194 Km dengan Ibu Kota Propinsi Sumatera Selatan, Palembang; sebuah jarak yang cukup dekat bila ditempuh dengan jalan tol sebenarnya. Akan tetapi akses menuju kota besar menjadi sulit karena hanya ada satu jalan kelas III yang terpaksa dilewati berbagai angkutan, bahkan terkadang di luar peruntukannya2. Kondisi itu menyebabkan waktu tempuh menjadi relatif lama, yaitu sekitar 4 – 5 jam atau bahkan hingga 6 – 12 jam jika terjadi kemacetan.
Sebelum menetap di di lokasi di atas
sejak tahun 2008, saya tidak akan mengetahui peran penting operator seluler
sebagai penyedia jasa telekomunikasi dan data dalam kehidupan sehari-hari. Lahir
dan dibesarkan di Kota Pelajar Yogyakarta membuat saya merasa ‘jet lag’ pada awal kepindahan ke lokasi
baru ini. Meskipun tinggal di pinggiran Kota Yogyakarta, saya merasa sangat accessible dengan berbagai informasi
untuk keperluan studi saya, cukup dengan menempuh paling lama 45 menit
perjalanan untuk mencapai perpustakaan mau pun
Warnet Kampus yang berlangganan sebuah situs penyedia jurnal ilmiah online. Sementara di lokasi saat ini,
jangankan perpustakaan, internet pun
hanya ada satu-satunya yang harus saya capai dengan ‘Ojek’. Perusahaan tempat
saya bekerja memang menyediakan akses internet, tapi saat itu masih sangat
terbatas. Singkat cerita, bahkan untuk mengerjakan Tugas Akhir masa On the Job Training pun, saya meminta bantuan keluarga di Yogyakarta untuk mencarikan
referensi. Saat itu lah terlintas
dalam pikiran saya tentang nasib pelajar di lokasi ini, dapatkah mereka
bersaing secara nasional dengan keterbatasan ini?
Sebagaimana kita ketahui bersama,
perkembangan internet saat ini telah sampai pada taraf yang mengagumkan, dimana
internet mampu menyediakan hampir segala macam informasi yang kita butuhkan. Salah
satu dampak positif dari perkembangan ini adalah terbukanya wawasan kita pada
dunia luar. Pemberitaan-pemberitaan tentang keberhasilan siswa Indonesia dalam
berbagai olimpiade internasional atau cerita sukses putra-putra daerah menempuh
pendidikan tinggi di luar negeri tentu memberikan inspirasi dan motivasi
tersendiri bagi para pelajar untuk meningkatkan standard, sehingga tidak
terlena oleh stagnansi yang terjadi di daerah pedalaman. Hal yang sama juga
terjadi pada saat internet mampu memberikan gambaran yang nyata akan
perkembangan diversifikasi bisnis di luar kota kecil ini. Sedikit banyak,
informasi ini membuat penduduk ‘melek’ bahwa ada banyak bisnis prospektif yang
bisa diambil.
Untuk mampu
bersaing pada taraf nasional maupun internasional, sudah pasti kita perlu meng-up-grade diri, dan tantangannya
lagi-lagi adalah bagaimana melakukan hal ini dengan segala batasan yang ada. Dalam
hal ini, jaringan data dan internet menjadi solusi, karena saat ini ada banyak
informasi maupun tutorial yang memungkinkan kita belajar secara autodidak. Atau
jika ingin memperoleh pendidikan yang diakui secara formal, kita bisa mengikuti
program pendidikan melalui media ini. Seperti yang kita ketahui, saat ini ada
begitu banyak lembaga pendidikan dan universitas yang membuka program distance learning atau belajar jarak
jauh. Program ini dilakukan dengan metode e-learning
yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan penggunaan media
elektronik dan teknologi informasi serta komunikasi3. Di indonesia
sendiri, kita juga memiliki Universitas Terbuka (UT), yang merupakan perguruan
tinggi negeri ke-45 di Indonesia.
Hasil Pencarian Melalui Google Kata Kunci: ‘Distance University’ |
Selain mengasah Sumber Daya Manusia yang ada, internet juga memiliki peran penting dalam mengemas dan mempromosikan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada. Mungkin banyak yang sudah tahu bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia, dengan biji kopi yang paling dikenal dari wilayah Jawa, Sumatra dan Sulawesi (Celebes)4. Dalam dunia per-kopi-an, Kopi Sumatra dikenal memiliki rasa yang khas sebagaimana review oleh Ken Davids pada website ‘Coffee Review’5. Di daerah Sumatera Selatan sendiri, tepatnya di Kabupaten Muara Enim terkenal dengan produksi Kopi Semendo yang diolah dengan cara yang unik6. Rekognisi dalam skala nasional dan internasional ini menunjukkan bahwa kopi lokal ini memiliki potensi untuk diterima oleh pasar yang lebih luas. Caranya adalah dengan promosi untuk meningkatkan image Kopi Semendo, dimana jika hal ini berhasil, maka otomatis akan berimbas pada perekonomian daerah; baik petani, produsen maupun reseller kopi.
Kopi Bintang dalam Review Sebuah Blog Penikmat Kopi Merek lokal yang cukup legendaris8 |
Membaca uraian di atas, terlihat
bahwa pada dasarnya permasalahan daerah pinggiran kota dan pedalaman seperti Tanjung
Enim adalah sulitnya mengembangkan sumber daya alam dan manusia yang
sesungguhnya potensial, karena lambatnya pembangunan. Hal ini praktis sangat terbantu
dengan adanya jaringan telekomunikasi dan data yang handal dan terjangkau. Satu
hal yang patut disyukuri adalah bahwa saat ini akses telekomunikasi dan
internet sudah cukup memadai. Salah satu provider telekomunikasi yang terbukti
handal di lokasi Tanjung Enim adalah XL Axiata dengan cakupan High-Speed
Downlink Packet Access (HSDPA) atau dikenal dengan 3.5G8. Hal ini
terlihat juga dari peta sinyal Provider XL Axiata berikut ini:
Peta Sinyal Provider XL Axiata Dalam lingkaran merah adalah lokasi Tanjung Enim, Muara Enim10 |
Mudah dan terjangkaunya akses internet melalui XL Axiata jelas mempermudah penduduk Tanjung Enim untuk membuka diri terhadap berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk menambah pengetahuan maupun ‘menjual’ potensi yang mereka miliki. Maraknya online shop misalnya, hal ini ternyata memberikan inspirasi bagi warga yang tampak dari usaha mereka membuka online shop sendiri memanfaatkan Facebook atau Blackberry Messenger (BBM). Jika dilihat dari komoditas yang diperdagangkan, memang bisa dibilang belum terlalu kreatif dan masih bersifat reseller dan mayoritas ber-genre pakaian dan fashion. Namun ada juga yang mulai kreatif memanfaatkan sumber daya alam lokal; misalnya toko roti online yang menjual cake berbahan dasar labu kuning yang banyak ditanam penduduk. Melihat geliat ini, tinggal menunggu waktu penduduk menjadi lebih peka dan mengangkat komoditas lokalnya ke ranah yang lebih luas, karena sesungguhnya ada banyak potensi kerajinan tangan yang belum digarap secara serius. Perlahan-lahan, tinggal menunggu waktu, Tanjung Enim yang selama ini hanya dikenal sebagai penghasil batubara akan dicari karena kerajinan tangannya.
Saya sendiri sebagai pecinta dunia
Perkembangan dan Edukasi yang pada awalnya kesulitan untuk menyalurkan minat
menulis karena kesulitan mencari sumber referensi, merasa sangat terbantu
dengan adanya XL Axiata. Cukup dengan mengaktifkan paket HotRod 3G+ 5.1GB
dengan masa aktif 30 hari dengan harga Rp. 99.000, saya dapat dengan mudah
mencari semua informasi yang saya butuhkan dan mempublikasikannya. Mimpi untuk
melanjutkan pendidikan pun tetap saya
pegang dengan keyakinan, karena setiap saat saya melihat begitu banyak peluang
beasiswa dari dalam dan luar negeri melalui internet.
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Referensi:
- Wikimapia. 2013. Tanjung Enim (Tanjung Enim, Sumatera Selatan). http://wikimapia.org/1735755/Tanjung-Enim. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Harunnurrasyid & Sari, I.P. 2011. Alternatif Soluusi Permasalahan Angkutan Batubara di Sumatera Selatan. http://balai3.wordpress.com/2011/07/01/alternatif-solusi-permasalahan-angkutan-batubara-di-sumatera-selatan/. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Wikipedia. 2013. E-Learning. http://en.wikipedia.org/wiki/E-learning. Diakses tanggal 30 Agustus 2013.
- National Geograpic. 2013. Major Coffee Producers. http://www.nationalgeographic.com/coffee/ax/frame.html. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Davids, K. 2002. What Makes Sumatra Coffees Taste The Way They Do? http://www.coffeereview.com/article.cfm?ID=67. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Wijaya, T. 2012. Mau Kopi Enak di Muaraenim? Gilas Dulu Pakai Mobil. http://travel.detik.com/read/2012/07/06/081219/1958935/1383/mau-kopi-enak-di-muaraenim-gilas-dulu-pakai-mobil. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Wahid, T. 2008. Bisa Bikin Melek: Kopi Semendo dari Palembang. http://www.cikopi.com/2008/06/bisa-bikin-melek-kopi-semendo-dari-palembang/. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- Wikipedia. 2013. High-Speed Downlink Packet Data. http://en.wikipedia.org/wiki/Hsdpa. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
- OpenSignal. 2013. XL Cakupan Peta. http://opensignal.com/networks/indonesia/xl-liputan. Diakses tanggal 31 Agustus 2013.
This are some comments for this post that not appearing after I switch back from Google+ comments to native blogger comments:
wah, tulisan ini memang pantas menang mak. lengkap dan memberikan referensi yang baik. semoga tanjung enim ke depan semakin maju perekonomiannya :)
ReplyDeletesaya nyontek bikin referensinya....tulisannya bagus baget....salam kenal mak..
ReplyDeleteKeren Mak, manta deh selamat ya
ReplyDeleteselamat, ya. Memang bagus tulisannya ^_^
ReplyDeleteselamat selamattt :D
ReplyDeleteSemoga kecipratan rejekinya ampe bandung sini mak, hihi #ngarep
@Miss Rochma: amiiin.. semoga Tanjung Enim bisa berkembang menyusul kota-kota lainnya dalam hal yg baik-baik :)
ReplyDelete@enci sasikirani: salam kenal juga.. makasih.. monggo silakan dicontek yg bagus-bagus :D
@Edelweiss - Naqiyah Syam: makasih mak :)
@Keke Naima: makasih.. *semakin banyak yg bilang bagus, semakin pede* hihi :p
@Damae: Wahh.. dipersilakan mampir ke Tanjung Enim, nanti dijamu disini deh.. *udah sampe Tanjung Enim lagi*
Kalau menulis dengan cinta itu memang beda ya mak. Hehe
ReplyDelete*salah-fokus-liat-endingnya. hehe
Keren mak, menguak data dan fakta :D
Selamat Mak. Teknologi yang menolong dan orang-orangnya pun memanfaatkan dengan positif.
ReplyDelete