Sebelumnya saya pernah menulis bagaimana kemampuan verbal
Ganesh yang berkembang cukup pesat (menurut saya) dibandingkan anak disekitarnya, beberapa
waktu lalu dia mulai terdengar mampu melafalkan satu buah lagu sederhana dari
awal sampai akhir. Katalog lagunya sedikit demi sedikit mulai bertambah, dari
sekedar duet dengan saya menyanyikan lagu Glenn Fredly “You’re My Everything”
seperti ini:
Saya : Hey…
hey… yeah…
Ganesh : You’re
the one
Saya : Hey…
hey… yeah…
Ganesh : You’re
the one
Saya : Hey…
hey… yeah… I can’t live without you…
Ganesh : Wo…
ow…
Saat ini Ganesh sudah bisa melafalkan berbagai lirik lagu
seperti “Bintang Kecil”, “Twinkle-Twinkle Little Star”, “Baba Blaksheep”,
“Eensy Weensy Spider” and keep growing.
Yah, memang terkadang liriknya
terdengar ajaib sih, sampai kami
menegakkan telinga dan saling berpandangan untuk memahami apa yang Ganesh
nyanyikan. Seperti pada saat dia berkali-kali menyenandungkan potongan lagu
seperti ini: “Wan memes memes!” yang ternyata adalah potongan lagu Baba
Blacksheep, “One for the master” atau “Dan kelewen wastalawat” yang ternyata
adalah potongan lagu Eensy Weensy Spider, “Down came the rain and wash the
spider out.”
Berikut adalah beberapa video Ganesh sedang menyenandungkan
lagu kesukaannya pada saat mandi:
Hmm, sebenarnya Ganesh sedang menunjukkan kemampuan bernyanyinya
atau kemampuan verbalnya sih? Kalo
menurut saya sih, perilaku Ganesh itu
lebih memperlihatkan kemampuan verbalnya karena belum ada melodi, ketepatan nada
dan aspek bernyanyi lainnya. Tapi, tunggu dulu deh… kesimpulan saya ini saya tunda dulu begitu membaca satu bab
dalam sebuah buku “Singing and Vocal Development”. Pada bagian introduction bab tersebut, disampaikan
hasil penelitian di beberapa negara mengenai pengalaman masa kecil tentang
bernyanyi dan hubungannya dengan kemampuan menyanyi di masa dewasa. Hmm, sederhananya seperti ini; pada saat
seorang anak mulai bernyanyi dan mendapat respon negatif dari lingkungan, hal
ini akan membuat anak merasa malu, kecewa dan terhina, sehingga membuatnya
kurang percaya diri dan akhirnya tidak bisa mengembankan kemampuan bernyanyinya
secara optimal. Padahal, terkadang respon atau komentar negatif itu timbul
karena kurangnya pemahaman mengenai perkembangan menyanyi pada anak. OK,
penjelasan yang sangat masuk akal ya… #makin semangat membaca lebih lanjut :D
Menurut Welch[1], dasar perkembangan bernyanyi
berasal dari pengalaman pendengaran dan emosional pada janin selama bulan
terakhir kehamilan, yaitu persepsi awal pada variasi melodi dari suara ibu.
Selanjutnya, pada tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa
pembentukan produksi vokal bayi melalui interaksinya dengan karakteristik
akustik di sekitarnya, misalnya dari orang-tua yang menggunakan berbagai aspek
musikal pada saat berinteraksi dengan anaknya. Hmm, jangan bayangkan yang
dimaksud di sini adalah bernyanyi atau musik dalam arti umum ya… tapi lebih
hal-hal sederhana seperti bagaimana kita berbicara dengan nada yang lebih
tinggi, penggunaan jangkauan nada yang lebar, jeda yang lebih lama, berbicara
lebih lambat dan berbagai intonasi berbicara.
Perilaku
bernyanyi yang paling awal dilakukan
bayi adalah menangis; yang kaya aspek vokalisasi; termasuk variasi nada,
intensitas, irama dan frasa. Pada usia 2 bulan, kemampuan bayi meningkat
dengan kemampuannya memproduksi suara seperti mendengkur maupun ‘babbling’ (mengoceh). ‘Babbling’ yang biasa kita dengar dengan
bayi membuat suara-suara yang terkadang seperti potongan-potongan kata yang
diulang-ulang, atau bahkan tidak berpola juga mengandung nada dan irama. Pada usia
3 sd 4 bulan, bayi mampu menirukan kontur
suara ibu yang menonjol. Pada usia 4 sd 6 bulan, bayi mulai bermain-main dengan
suaranya dan memproduksi berbagai variasi suara. Dan baru pada usia 1 tahun, unsur bahasa ibu mulai
mempengaruhi vokalisasi anak.
Lewat
ulang-tahun pertamanya sampai dengan usia 5 tahun selanjutnya merupakan masa
dimana bayi mengalami peningkatan interkasi dengan berbagai suara dari
lingkungan. Hasil interaksi ini akan tampak dari berbagai perilaku bernyanyi
pada anak, misalnya kemampuan anak usia 2 tahun untuk mengulangi frasa singkat
dengan irama dan melodi yang dikenali. Hmm,
bagaimana dengan Ganesh ya… Di usianya yang ke 21 bulan lebih, irama dan
nada nyanyiannya sih sudah konsisten,
tapi tidak bisa dibilang mirip dengan lagu aslinya, walaupun pemenggalan
liriknya sudah sesuai dengan lagu aslinya. But,
it sounds fine… penjelasan selanjutnya disebutkan bahwa untuk anak yang
lebih muda, batasan antara bernyanyi dan berbicara tampak tidak jelas. Tepat
dengan yang saya rasakan pada Ganesh! Kadang pada saat dia menemukan
penggalan-penggalan lagu yang terdengar ‘ajaib’ di telinga kami dan
menyanyikannya, butuh beberapa saat untuk menyadari lirik lagu apa yang sedang
dinyanyikan (atau diucapkannya).
Seiring
dengan bertambahnya usia, perilaku bernyanyi akan semakin terdengar ‘nyata’ dan
kaya dengan berbagai aspek vokalisasi. Perkembangan ini nantinya akan
ditentukan juga oleh aspek nature
(bakat) dan nurture (lingkungan).
Aspek nature meliputi aspek fisik
intrument penghasil suara pada manusia seperti pita suara maupun struktur otak
yang menyebabkan perbedaan kemampuan memahami berbagai aspek musik dan
memanipulasi instrument penghasil suara untuk menghasilkan suara yang sesuai…
#karena kita membicarakan “menyanyi”, jadi harus memiliki kedua kemampuan
tersebut; kalau cuma bisa memahami, tidak mampu menyanyikan, tapi mampu
mewujudkan dengan instrumen musik maka lebih tepat disebut “kemampuan
bermusik”-kan :D
Sebenarnya
sih, saya tidak terlalu meributkan
apakah Ganesh berbakat menyanyi atau yang lain. Tapi, mengetahui seluk-beluk
perkembangan anak dan peka dengan “tanda-tanda” yang mereka tunjukkan sedini
mungkin adalah hal yang sangat penting untuk masa depan mereka; karena dengan
sedini mungkin mengetahui peta bakat anak kita, kita punya kesempatan yang
lebih besar untuk mengatur strategi mengoptimalkan bakat tersebut, dengan
mengarahkan minat dan terus memberikan stimulus yang mendukung bakat mereka
tersebut. Mengoptimalkan bakat bukanlah perkara sederhana, karena kalau salah treatment (misalnya kita terlalu
berlebihan memberikan stimulus dan memaksa anak) akibatnya justru anak akan kehilangan
minat pada bidang bakatnya. Hmm,
kalau sudah begitu, hasilnya pasti tidak akan optimal kan?
Kalau
menurut saya sih, tugas kita sebagai
orang-tua sebenarnya adalah memberikan ruang tumbuh kembang untuk anak dengan
kebebasan kemana dia akan tumbuh dan berkembang. Ibaratnya tumbuhan, tugas kita
adalah menyirami dan memberikan pupuk yang baik untuk anak, memangkas tunas
yang tidak baik dan membiarkan tunas yang baik berkembang dengan “cara yang
baik pula”. Jangan “memaksakan” apa yang kita anggap baik atau buruk, karena
salah-salah, tanaman yang kita rawat akan tumbuh kerdil.
With
Love,
Nian
Astiningrum
-end-
Reading:
Welch, G. F. (2006b). Singing and Vocal Development. In G.
McPherson (Ed.), The Child as Musician: A Handbook of Musical Development (pp.
311-329). New York: Oxford University Press. [0-19-853032-3].
No comments :
Post a Comment
Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)