Tinggal di suatu tempat yang cukup ‘remote’ bisa jadi menggugurkan beberapa angan-angan kita untuk
melakukan apa yang kita yakini terbaik untuk buah hati kita, misalnya kegagalan
saya untuk melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Hmm, sebenarnya bukan gagal sih, karena saya memang tidak melakukan
IMD, karena tenaga medis di tempat saya melahirkan (bahkan) tidak mengetahui
apa itu IMD :D.
But, it’s OK, itu tidak membuat saya kehilangan semangat
untuk melanjutkan niat memberikan ASIX… Dan berikut prosedur yang akan membantu
pemberian ASIX berdasarkan pengalaman saya bersama Ganesh:
IMD. Menurut saya IMD sangat
penting, meskipun menurut pengalaman saya, itu bukan syarat mutlak keberhasilan
kita memberikan ASIX kedepannya. Pada saat kita melakukan IMD, kita akan
diberikan kesempatan untuk melakukan sebuah interaksi yang sangat intim dengan
bayi baru kita. Berikut adalah lima tahapan perilaku yang dilakukan bayi
sebelum ia berhasil menemukan puting susu ibunya dan menyusu (ayahbunda) [1]:
- 30 – 45 menit pertama. Bayi akan diam dalam keadaan siaga. Sesekali matanya membuka lebar dan melihat bundanya. Masa ini merupakan masa penyesuaian atau peralihan dari dalam kandungan ke luar kandungan.
- 45 – 60 menit selanjutnya. Bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau minum, mencium, kadang mengeluarkan suara, dan menjilat tangannya. Bayi akan mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu. Inilah yang akan membimbing bayi menemukan payudara dan puting susu ibu. Itulah sebabnya tidak dianjurkan mengeringkan kedua tangan bayi pada saat bayi baru lahir.
- Mengeluarkan liur. Saat bayi siap dan menyadari adanya makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liur.
- Bergerak ke arah payudara. Areola payudara akan menjadi sasarannya dengan kaki bergerak menekan perut ibu. Bayi akan menjilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya.
- Menyusu. Akhirnya bayi menemukan puting susu ibunya, membuka mulut lebar-lebar, dan melekat dengan baik serta mulai menyusu.
Hmm, sebuah interaksi yang menakjubkan bukan? Dan jujur, saya
ingin sekali melakukan IMD… mungkin untuk anak kedua nanti :D. Amiin :).
Rooming In. Rooming in atau
rawat gabung adalah prosedur dimana ibu dan anak dirawat dalam ruangan yang
sama. Hal ini tentu saja sangat membantu proses pemberian ASIX, karena akses
yang tidak terbatas antara ibu dan anak, sehingga ibu bisa memberikan ASI kapan
pun dibutuhkan. Selain itu, dengan rooming in saya pribadi merasa lebih tenang,
karena tahu pasti bahwa bayi saya dirawat dengan prosedur yang saya setujui. [2]
Percaya ASI Kita
Cukup. Merasa ASI belum keluar sesaat
setelah bayi kita lahir, hmm… saya juga mengalaminya. Beberapa saat setelah
lahir dan dibersihkan, Ganesh cukup tenang, beberapa saat kemudian baru dia
menangis dan saya pun berusaha memberikan ASI padanya. Awalnya saya sedikit
tidak percaya diri karena tidak yakin jika ASI saya sudah keluar. Tapi dari
berbagai sumber yang saya baca menyebutkan bahwa menyusui adalah mekanisme
alamiah, sehingga hanya kondisi-kondisi tertentu saja yang membuat seorang
wanita tidak menghasilkan ASI yang mencukupi untuk bayinya. Selain itu, adalah
hal yang wajar jika pada satu-dua hari pertama pasca kelahiran bayi, ASI belum
melimpah; tapi perlu kita ketahui bahwa pada saat itu ukuran lambung bayi baru
sebesar kacang, sehingga belum membutuhkan ASI sebanyak yang kita bayangkan.
[3].
Berbagi Posisi Menyusui Gambar dari: media.summitmedicalgroup.com/ |
Posisi Menyusui. Posisi
menyusui yang benar menentukan keberhasilan kita memberikan ASI karena posisi
menyusui dan pelekatan yang tidak tepat akan membuat bayi kita tidak dapat
menghisap ASI [4]. Oh ya, satu tips untuk membantu pelekatan pada proses
belajar ini adalah dengan menyusui bayi
pada saat dia dibedong. Menurut pengalaman Terdapat beberapa posisi menyusui
yang bisa dipilih sesuai kenyamanan kita: cradle
hold, cross-cradle hold, lying on your side, football hold, dan laid back. Pada awal pemberian ASI, saya
lebih nyaman menggunakan posisi cradle hold,
dan baru beberapa saat kemudian berusaha keras mempelajari teknik lay on your side. Bagi saya, teknik
(red: lay on your side) ini cukup sulit dipelajari, tapi
setelah kita kuasai sangat membantu pada situasi-situasi tertentu; misalnya
pada saat beristirahat di malam hari atau menidurkan bayi (walaupun menurut
beberapa sumber, sengaja menidurkan dengan ASI tidak terlalu baik karena tidak
melatih bayi untuk dapat menenangkan dirinya sendiri sehingga membuat bayi
tergantung pada kita).
Disamping keempat prosedur di atas, hal yang sesungguhnya
paling penting adalah niat dan kesungguhan hati kita untuk memberikan ASI. Pada
awalnya, saya berpikir bahwa memberikan ASI akan berjalan mudah dan lancar
dengan berbekal pengetahuan yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Tapi,
ternyata praktek tidak selalu semulus teori yang kita baca. Kendala saya waktu
itu adalah rasa tidak percaya diri bahwa ASI saya sudah diproduksi beberapa jam
pasca melahirkan. Ada juga teman yang bercerita bahwa kendala justru datang
dari keluarga dekat yang menyarankan menggunakan dot dan sufor karena berpikir
bahwa ASI-nya tidak cukup. Kendala lain yang mungkin adalah berbagai mitos
seputar menyusui, seperti jika ibu sakit (misal: influenza) maka ASI tidak
boleh diberikan, bayi kuning tidak boleh diberikan ASI, dsb.
Menghadapi berbagai masalah di atas tentu bukan hal yang
mudah. Tetapi, kita mulai tergoda dengan solusi praktis untuk tidak memberikan
ASI, ingatlah bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi kita dan layak
diperjuangkan sampai titik keringat terakhir! ASI adalah hak bayi kita yang
harus kita tunaikan sebisa mungkin :D
Teman-teman setuju dengan saya?
With Love,
Nian Astiningrum
-end-
Reading:
[1] Ayahbunda. Inisiasi
Menyusui Dini. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/inisiasi.menyusui.dini/001/001/396/1/4.
Diakses tanggal 27 Maret 2013
[2] Ikatan Dokter Anak Indonesia. Rawat Gabung. http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201176111237.
Diakses tanggal 27 Maret 2013
[3] Susanto, Mia (AIMI). Berbagai
Mitos Seputar Menyusui. http://aimi-asi.org/berbagai-mitos-menyusui/.
Diakses tanggal 27 Maret 2013
[4] Nagin, MK. Breastfeeding
Positions and Latching On. https://www.verywell.com/ breastfeeding-positions-and- latching-on-431682.
Diakses tanggal 27 Maret 2013
No comments :
Post a Comment
Hai! Terima-kasih sudah membaca..
Silakan tinggalkan komentar atau pertanyaan disini atau silakan DM IG @nianastiningrum for fastest response ya ;)